Parapuan.co - Baru-baru ini, serial 'Adolescence' yang ditayangkan di Netflix telah menimbulkan diskusi publik mengenai kelompok yang dikenal sebagai 'incel'. Istilah ini menjadi fokus perhatian karena implikasinya terhadap misogini, yang dianggap telah berkembang menjadi simbol ideologi penuh kebencian terhadap perempuan.
Apa itu 'incel', dan mengapa ideologi ini dianggap berbahaya? Mari kita telusuri definisi dan sejarahnya, berdasarkan rangkuman dari ADL.org via PARAPUAN.
Apa Itu Incel?
Incel adalah singkatan dari involuntary celibate. Istilah ini merujuk pada laki-laki heteroseksual yang merasa tidak mampu membangun hubungan romantis atau seksual, dan menyalahkan perempuan serta masyarakat atas keadaan tersebut.
"Incels adalah laki-laki heteroseksual yang menyalahkan perempuan dan masyarakat atas kegagalan mereka dalam meraih keberhasilan romantis," tulis sebuah laporan yang menyoroti gerakan ini. Mereka adalah bagian dari kelompok online misoginis yang dikenal sebagai manosphere, bersama dengan Pick Up Artists (PUA) dan Men’s Rights Activists (MRA).
Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa incel tidak hanya merasa kecewa, tapi juga memiliki perasaan pesimis yang sangat mendalam dan rasa dendam besar terhadap perempuan.
Ideologi dan Keyakinan
Ideologi incel tumbuh dari anggapan bahwa perempuan terlalu dominan dalam hubungan romantis dan seksual. Mereka meyakini bahwa penolakan perempuan adalah bentuk penghancuran hidup bagi laki-laki.
Menurut pandangan ini, perempuan dianggap melakukan "pemerkosaan terbalik" hanya karena tidak mau berhubungan dengan laki-laki (kelompok incel). Incel juga percaya pada konsep hipergami, yaitu keyakinan bahwa perempuan hanya tertarik pada 20 persen laki-laki teratas yang dianggap tampan, kaya, dan percaya diri – yang mereka sebut sebagai Chads.
Baca Juga: Femisida Bukan Pembunuhan Biasa terhadap Perempuan, Ini Faktanya!
Sementara itu, perempuan yang didambakan tapi sering menolak mereka disebut sebagai Stacys. Di balik istilah-istilah ini tersimpan kebencian mendalam, karena incel ingin berkencan sekaligus menghancurkan para Stacys.
Potensi Tindakan Kekerasan terhadap Perempuan
Sebagian besar incel memang tidak melakukan kekerasan. Namun, ada yang berubah menjadi pelaku kekerasan mematikan, terutama terhadap perempuan.
Dalam enam tahun terakhir, aparat penegak hukum percaya bahwa para incel telah membunuh sedikitnya 47 orang di Amerika Utara. Jumlah ini diperkirakan lebih besar karena kurangnya perhatian terhadap komunitas ini di masa lalu.
Salah satu insiden paling mengerikan terjadi pada Mei 2014, ketika Elliot Rodger melakukan penembakan massal di dekat kampus UC Santa Barbara. Sebelum menyerang, Rodger mengunggah manifesto dan video yang menyalahkan perempuan atas penderitaannya, menyebut dirinya sebagai "the supreme gentleman".
Aksinya menewaskan enam orang dan melukai 14 lainnya, sebelum ia bunuh diri. Rodger kini menjadi tokoh kultus di forum incel, sering disebut sebagai “E.R.” dengan ungkapan “I’m going to pull an E.R. one of these days” (Aku akan melakukan aksi seperti E.R. suatu hari nanti).
Contoh kasus lain juga pernah melibatkan Cole Carini pada Juni 2020, ketika ia datang ke rumah sakit di Virginia dengan tangan yang hancur karena ledakan. Di rumahnya ditemukan bahan peledak dan surat yang mengungkap rencana menyerang cheerleaders di pusat perbelanjaan.
Dalam surat itu ia menulis, "Saya tidak akan mundur. Saya tidak takut pada konsekuensinya. Apa pun yang terjadi, saya akan menjadi pahlawan. Saya akan membuat pernyataan seperti yang dilakukan [pembunuh incel] Elliott Rodger."
Baca Juga: Mengenal Gerakan 4B di Korea Selatan yang Viral di TikTok untuk Lawan Patriarki dan Misogini
Sebulan sebelumnya, Armando Hernandez, Jr. melakukan penembakan di Westgate Entertainment District, Arizona, setelah memuat tiga magazin peluru AR-15 dan memulai siaran langsung. "Ayo kita mulai, teman-teman," katanya.
Ia menembak tiga orang karena merasa frustrasi secara romantis. "Tuan Hernandez adalah seorang incel yang mengaku sendiri. Dia melampiaskan kemarahannya kepada masyarakat, merasa di-bully, dan merasa perempuan tidak menginginkannya," kata jaksa Edward Leiter.
Ideologi yang Mengancam Perempuan
Incel bukan sekadar fenomena internet, tapi bisa menjadi ancaman nyata yang mengarah pada kekerasan. Seiring meningkatnya kesadaran publik, banyak rencana serangan berhasil digagalkan.
Bahkan pada tahun 2020, pihak berwenang di Kanada mengklasifikasikan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang incel sebagai tindakan terorisme – pertanda bahwa dunia mulai serius menghadapi ideologi ini.
Melalui serial Adolescence, Netflix membuka mata banyak orang akan realitas kelam yang tersembunyi di balik layar forum online. Masyarakat harus lebih berhati-hati, tidak hanya pada individu yang memegang ideologi ini, tetapi juga pada sistem sosial yang memungkinkan kebencian terhadap perempuan merajalela.
Para orang tua juga harus waspada dan mendampingi anak-anak mereka dalam berinteraksi di ranah digital melalui media sosial, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti dalam serial Adolescence dapat dihindari. Mari kita jaga anak-anak dan diri kita dari forum dan paham tidak dikenal yang berpotensi membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Baca Juga: Dampak Buruk Terlalu Banyak Terpapar Media Sosial dan Dunia Digital
(*)