Ulos Tumtuman ini biasanya dipakai tali-tali bermotif atau ikat kepala oleh anak-anak.
Hal ini untuk menunjukkan bahwa penggunanya adalah anak pertama dari hasuhutan atau tuan rumah.
12. Ulos Tutur-Tutur
Baca Juga: Kain Ulos Mulai Kehilangan Popularitas, Ini Cara Revitalisasi Budaya
Jenis ulos biasanya diberikan oleh kakek atau nenek kepada cucunya sebagai parompa.
Dan Ulos Tutur-Tutur ini nantinya akan dipakai sebagai pengikat kepala atau tali-tali.
13. Ulos Mangiring
Ulos ini memiliki corak yang saling beriringan, yang melambangkan kesuburan dan kekompakan.
Biasanya kain ulos jenis ini akan diberikan kepada seorang anak yang baru lahir, terutama anak pertama. Hal ini bertujuan agar kiranya anak tersebut kelak diiringi kelahiran anak berikutnya.
Selain itu, Ulos Mangiring juga bisa digunakan sebagai Parompa atau selendang untuk menggendong anak.
14. Ulos Sibolang
Jika dulu jenis ulos ini dipakai untuk acara duka dan suka cita, namun berbeda dengan zaman sekarang.
Pasalnya ulos ini tak bisa digunakan sembarangan, melainkan hanya bisa dipakai pada saat acara kedukaan.
Baca Juga: Desainer Ini Lestarikan Wastra Sumatera Utara dalam Busana Kontemporer
Ulos Sibolang yang merupakan simbol duka cita ini dipakai sebagai Ulos Saput atau orang dewasa yang meninggal tapi belum punya cucu dan juga sebagai Ulos Tujung untuk janda maupun duda yang ditinggal mati pasangannya.
Apabila pada peristiwa duka cita ulos ini dipakai maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.
(*)
Source | : | Parapuan |
Penulis | : | Citra Narada Putri |
Editor | : | Citra Narada Putri |
KOMENTAR