Parapuan.co - Tren 'doom spending' yang tengah marak di kalangan generasi muda menjadi sorotan.
Kebiasaan boros ini, yang dipicu oleh kecemasan terhadap masa depan, tidak hanya terjadi di Amerika Serikat.
Tetapi juga mulai merambah berbagai negara, termasuk kemungkinan Indonesia.
Padahal, perilaku konsumtif berlebihan ini dapat berdampak negatif pada keuangan pribadi.
Melansir PARAPUAN, doom spending adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku belanja tanpa kendali yang dilakukan untuk meredakan stres atau kecemasan, terutama saat seseorang merasa pesimis tentang masa depan.
Fenomena ini semakin banyak dibicarakan di media sosial dan menjadi tren di kalangan generasi Z dan milenial.
Doom spending terjadi ketika seseorang melakukan belanja impulsif sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif terkait ekonomi atau masa depan yang tidak pasti.
Penyebab Doom Spending
Generasi muda saat ini, terutama Gen Z dan milenial, merasa terpapar pada berita buruk secara terus-menerus.
Baca Juga: Bikin Boncos, Ini 5 Toxic Money Habits yang Harus Kamu Hindari
Hal itu membuat generasi muda merasakan pesimisme yang mendalam terhadap masa depan.
Alhasil, mereka jadi cenderung melarikan diri ke aktivitas belanja untuk mendapatkan perasaan sementara atas kontrol dalam dunia yang terasa tidak terkendali.
"Itu membuat mereka merasa seperti Armageddon," ungkap Ylva Baeckström, penasihat keuangan senior di King’s Business School dan mantan bankir.
Generasi Z dan milenial tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi dan krisis global, termasuk pandemi Covid-19 dan krisis keuangan.
Kondisi ini membuat mereka merasa bahwa peluang untuk mencapai kestabilan finansial yang dinikmati orang tua mereka semakin jauh dari jangkauan.
Sebagian besar beranggapan bahwa mereka mungkin tidak akan bisa membeli rumah, sehingga memilih untuk menghabiskan uang untuk hal lain, seperti barang teknologi terbaru atau pakaian mewah.
Dampak Doom Spending
Meski doom spending memberikan ilusi kontrol, dampaknya justru sebaliknya.
Baca Juga: Tips Hemat Belanjakan Uang Jajan Bulanan untuk Pelajar dan Mahasiswa
Belanja yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kondisi keuangan memburuk di masa depan.
Misalnya, alih-alih menabung untuk membeli rumah atau investasi jangka panjang, banyak generasi muda yang memilih menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak produktif, seperti liburan atau barang mewah.
Cara Mengatasi Doom Spending
Menurut Ylva Baeckström, memahami hubungan emosional dengan uang adalah langkah pertama untuk mengatasi doom spending.
Kurangnya pemahaman tentang keuangan, dapat menghalangi individu untuk melakukan langkah-langkah menggunakan uang dengan baik dan asal-asalan.
Memahami literasi keuangan juga menjadi dasar untuk tahu pentingnya menabung dan berinvestasi, sehingga dapat mencegah doom spending.
Generasi muda perlu didorong untuk mempelajari literasi keuangan sejak dini, agar mereka lebih siap menghadapi tantangan ekonomi.
Cara lainnya yang bisa dilakukan adalah berbelanja menggunakan uang tunai dan mengesampingkan debit, aplikasi paylater, dan pembayaran online lainnya.
Doom spending merupakan respons emosional terhadap ketidakpastian dan kecemasan terkait masa depan, terutama di kalangan Gen Z dan milenial.
Hindarilah mengeluarkan uang tanpa kendali agar tidak mengalami kerugian finansial di kemudian hari.
Baca Juga: 3 Cara Cerdas Ibu Milenial Mengatur Keuangan untuk Hindari Boncos
(*)
Source | : | Parapuan |
Penulis | : | Arintha Widya |
Editor | : | Citra Narada Putri |
KOMENTAR