Kisah lain datang dari Erwin, seorang driver ojol asal Jakarta. Ia memanfaatkan waktu istirahat di sela narik penumpang untuk membuka chart dan mengeksekusi sinyal trading.
“Awalnya saya kira scam, tapi waktu saya coba ternyata benar. Sekarang, trading malah jadi sumber penghasilan tambahan,” kata Erwin.
Cerita seperti Arlinda dan Erwin menjadi hal yang lumrah di komunitas MancingDollar. Banyak anggota lain yang telah membuktikan bahwa siapa saja dapat sukses melakukan trading asal memiliki kemauan belajar.
Baca Juga: 6 Tips Mengatur Gaji agar Cukup untuk Kebutuhan, Tabungan, dan Investasi
Sistem edukasi gratis dan terbuka
MancingDollar menyediakan struktur edukasi yang sistematis, mulai dari materi dasar hingga strategi lanjutan.
Setiap hari, anggota komunitas menerima sinyal trading lengkap dengan analisa, sehingga mereka tidak hanya tahu kapan harus buy atau sell, tetapi juga memahami alasan di balik setiap keputusan.
Saat ini, komunitas berbasis platform Telegram ini telah diikuti oleh lebih dari 18.000 anggota, dengan sekitar 1.400 trader aktif setiap harinya.
Pembelajaran dan diskusi berlangsung dalam grup secara terbuka dan interaktif. Dengan begitu, anggota baru tetap bisa merasa nyaman untuk bertanya dan belajar tanpa khawatir ada kesan intimidatif.
Dua pendiri komunitas MancingDollar, Arist dan Ragnaray, juga terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya membagikan sinyal, tetapi juga menyusun modul pembelajaran teknikal, memberikan feedback atas analisa anggota, hingga mengadakan sesi mentoring mingguan.
“Kami ingin edukasi trading bisa diakses siapa saja. Bukan hanya orang yang tinggal di kota besar atau yang punya modal besar,” tegas Arist.
“Banyak yang bilang harmonic pattern itu rumit. Akan tetapi, di MancingDollar, ibu rumah tangga dan driver ojol pun bisa paham dan praktek langsung. Itu yang bikin saya bangga,” Ragnaray menambahkan.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR